Kamis, 28 Juni 2012

Teruslah

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah 
bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya 
sepi dari godaan kefuturan.
Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka 
sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka 
sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.
Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… 
justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… 
akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu 
bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah 
itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar
dalam dada.
Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. 
Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan 
jihad yang begitu cantik.
Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar 
wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi
saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan 
menjadi semacam tonik bagi iman..
Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya 
adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya 
juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak 
setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu
mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa 
menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para 
mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha 
Pengasih lagi maha Penyayang… ”
Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya 
dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak 
kita untuk terus berlari…
“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.

Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.

Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.

Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.

Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu

Tidak ada komentar :

Posting Komentar