Kamis, 05 Juli 2012

CATATAN, DO’A & HARAPAN SEORANG ANAK KECIL

Rumahku bukan lagi tempat yang indah karena ayah dan ibuku kerap bertengkar. Keluargaku juga bukan merupakan tempat yang teduh karena teriakan dan hardikan hampir merupakan menu setiap hari. Seruan yang satu dibalas dengan teriakan yang lain. Lontaran yang lain dijawab kasar oleh yang satu. Dalam suasana yang panas, kering, hambar seperti ini rasanya waktu berjalan lama. Menunggu hari esok terlalu panjang. Tetapi apakah kalau hari esok tiba, suasana akan berobah menjadi lebih baik; kasar menjadi lembut, benci menjadi cinta, marah menjadi ramah, sinis menjadi manis, tatapan tajam menjadi lembut. Hanya Engkau ya Allah yang tahu.

Aku hanya mau bertanya kepadaMu ya Allah, di manakah Engkau ketika kedua orang tuaku bertengkar hebat? Apakah Engkau sendiri mendengar kata-kata kasar dari ayahku, dan jawaban yang tidak simpatik dari ibuku. Bagaimanakah perasaanMu sendiri saat mereka saling melukai perasaan. Apakah perasaanMu juga terluka ya Allah ? :'(

Walau dinding rumahku terbuat dari beton, namun rasanya itu tidak kuasa menopang kegoncangan yang terjadi. 
Walau atapnya dari seng, namun itu juga tidak kuasa memberi keteduhan. 
Walau lantainya kokoh berlantai keramik, namun itu juga tidak mampu menahan ketegangan yang nyata. 
Rapuh ! karena cinta mulai terkikis, kesabaran mulai hilang, rasa percaya mulai pudar, dan kelemahlembutan juga kini sirna.

Rasa ketidak enakanku bahkan ketakutanku sangat nyata terasa saat mereka berdua seperti tidak saling mengenal. Mereka seperti orang lain saja yang seenaknya mengumbar emosi yang membara dan kemaharan yang tidak terkontrol. Sering aku menangis mengingat semuanya ini. Rasanya aku mau berlari meninggalkan kenyataan ini. Aku juga sering bermimpi keluargaku, rumahku dan kedua orang tua hidup rukun dan damai, tetapi sampai sekarang mimpi itu tidak datang-datang. Malahkan kesannya semakin menjauh.

Duhai Allah tercinta, aku adalah anak kecil yang tidak kuasa kuasa untuk mengobah segalanya. Anak kecil yang masih harus diajar dan dididik tidak pantas mengatakan sesuatu kepada mereka. Maka air matakulah yang sering menjadi pelarianku. Doaku jugalah yang sering menjadi sandaran harapanku. Air mata itu belum kering, dan aku tidak tahu kapan itu akan menjadi kering. Saat tangisanku mulai reda, air mata itu mulai kering, kenyataan pahit itu datang lagi; teriakan, hardikan, kemarahan dan rasanya mata ini sudah sangat perih, bibir ini keluh dan perasaan ini sangat sedih teriris. Luka lama itu teriris lagi. :'(

Ya Allah … aku rindu tersenyum. Aku ingin tertawa. Aku mau kasih sayang dari kedua orang tuaku. Aku inginkan keteduhan itu. Aku mendambakan kerukunan itu. Tetapi kapan? Hanya Engkau yang tahu. Hanya ini pintaku dan harapanku, “Redakan kemarahan itu, lembutkan hati yang keras itu, dan sirami jiwa yang panas itu. Aku percaya Engkau mampu melakukannya karena Engkau Maha Kuasa, 
Ya Allah buatlah aku tersenyum, kalau belum bisa tertawa. Buatlah aku tenang kalau belum bisa senang.

Ya Allah, di penghujung catatanku ini aku hanya mau berdo'a , semoga Engkau tidak akan membiarkan ayah dan ibuku larut dengan suasana pedas, panas, pahit dan ketegangan ini. Engkau tidak mengijinkan ayahku memarahi hebat ibu. Engkau juga jangan membiarkan ibuku membalas lontaran ayahku dengan tidak simpatik. Benar sebagai anak aku tidak kuasa mengobah segalanya, tetapi aku berhak bermohon segalanya dariMU untuk ayah dan ibuku; Kasih sayang, kedamaian, suka cita, kelemah lembutan, kerendahan hati dan kesabaran. 

Bismillaah . . .

"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" 
(QS. Al Israa’:24)

"Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mukmin pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"
(QS. Ibrahim:41)

"Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku, orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang zalim itu selain kebinasaan"
(QS. Nuh:28)

Saudara-Saudariku tercinta, catatan, doa dan harapan dari anak kecil diatas tadi juga barangkali catatan, do’a dan harapan dari anak kita sendiri. Kepedulian anak biasanya berangkat dari hati yang murni, perasaan tulus dan jiwa yang bening. 

Mari saudara-saudariku tercinta, Kita buat anak kita tersenyum, tertawa, dan merasa teduh di rumah. Hanya ini harapan dan keinginan mereka dari kita kedua orang tuanya. Semoga saya dan kita semua sebagai orang tua mampu menjawab kehausan anak kita akan hal ini.

Semoga Bermanfaat ...

Tidak ada komentar :

Posting Komentar