Selasa, 03 Juli 2012

Dengan sabar engkau menerima setiap kata-kata yang aku ucapkan,tidak tersirat sedikitpun kebencian di wajahmu terhadap diriku,betapa gelas-gelas kaca ini begitu mudah rapuh,retak dan pecah jika engkau tak bersabar merawatnya.

Mungkin tak pernah aku menyadari engkau telah merawatnya dengan hati yang tabah dan penuh kesabaran,namun aku melihat betapa saat itu aku merasa kecil dan tak berarti dihadapanmu.

Diammu telah meredakan amarahku,lidah ini tercekat melihat kesabaranmu untuk duduk,diam dan menerima segala apa yang aku ucapkan,semoga Allah Azza Wa Jalla memberkahimu wahai istriku,betapa diam itu telah menjadi sebuah pedang yang tajam menusuk tepat pada keangkuhanku,menghancurkan amarah ini dan membuat dirimu semakin berarti bagiku.

Setelah aku terdiam engkau pegang tanganku..“.Wahai suamiku,maafkanlah aku atas segala kesalahanku,aku hanyalah wanita lemah yang kadang salah dan selalu memohon ampunan-Nya,maka maafkanlah aku karena Allah Azza Wa Jalla,sebagaimana engkau mencintai aku karena Allah Azza Wa Jalla.”

”Wahai suamiku,api amarah itu berasal dari syaithan,maka padamkanlah dengan wudhu,engkau lebih mengetahuinya daripada aku,maka duduklah sejenak dan perkenankan aku menyiapkan air wudhu untukmu..!

Tidak ada komentar :

Posting Komentar