Aku akan duduk memperhatikanmu dari jauh-jauh sambil mendoakanmu. Sekalipun tangan dan kaki ini begitu ingin bergerak menolongmu ketika kamu tersandung dan jatuh. Aku tahu kamu bisa berdiri sendiri meski harus duduk sebentar untuk merasakan rasa sakit itu.
Aku akan berdiri dan memandangmu dari jauh sambil mendoakanmu. Aku akan memastikanmu baik-baik saja, setidaknya aku tahu apa kamu bahagia atau bersedih hari ini. Sebab aku tidak bisa berada di dekatmu saat ini. Tuhan tidak menyukainya. Bahkan ketika aku bersembunyi-sembunyi seperti ini pun aku masih merasa takut bahwa Dia cemburu karena aku menduakan-Nya.
Lalu aku bersimpuh, menanyakan pada diri sendiri mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku tahu aku menginginkan berada di sana, berada di dekatmu saat suka dan duka. Orang yang akan menolongmu pertama kali saat jatuh, menjadi orang pertama yang akan menemuimu di pagi hari untuk menanyakanmu, apa kabar tidur malam tadi, nyenyakkah? Menjadi orang yang akan selalu berada di dekatmu dan menggandeng tanganmu saat kemana-kemana. Membuatkanmu sarapan pagi, atau secangkir kopi dimalam hari.
Aku bertanya mengapa aku takut untuk melangkah lebih jauh. Aku terlalu takut pada kenyataan bahwa aku memang penakut. Aku ingin bertanya kepada Tuhan mengapa aku begitu takut. Apakah Tuhan cemburu karena aku lebih mencintai makhluk-Nya daripada dirinya sendiri. Aku takut Dia marah padaku dan mencabut keberanian itu dari dalam diriku, menggantinya dengan rasa takut dan khawatir.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar